KAJIAN SENI
Untuk
mengkaji kesenian secara ilmiah, maka selalu digunakan berbagai teori dan metode.
Kajian‑kajian terhadap seni pertunjukan (pertunjukan budaya) telah lama
dilakukan orang, terutama oleh para ahli budaya.
Seni dalam
Kajian Estetika
Dalam sejarah pengetahuan dan sains, studi terhadap unsur‑unsur
keindahan, dilakukan dalam disiplin yang disebut estetika (aesthetic) atau dalam bahasa Indonesia lazim disebut filsafat
keindahan. Dalam peradaban Barat, estetika dimulai dari sumber‑sumber‑sumber
budaya Yunani dan Romawi. Edward et al. (eds.) membagi sejarah perkembangan filsafat Barat,
termasuk estetika ke dalam periode‑periode: Plato, yang pada prinsipnya memperbincangkan
seni dan kerajinan (kriya), imitasi, keindahan, seni dan pengetahuan, dan
seni serta moralitas. Aristoteles, yang memperbincangkan pengetahuan tentang
penikmatan seni, imitasi, penikmatan keindahan, keuniversalan seni, serta
katarsis. Filosof klasik yang lebih akhir, yang umumnya berminat dalam puisi
dan masalah semantik. Di antaranya Zeno, Cleanthes, dan Chrysippus. Abad
Pertengahan yang ditokohi oleh St. Agustinus dan Thomas Aquinas. Keduanya
memisahkan unsur penikmatan dan hasil dari keindahan. Renaisans, yang
berkembang pada abad ke‑15 dan 16. Pada saat ini dilakukan revivalisasi
filsafat‑filsafat Plato, sehingga periode ini disebut juga dengan Neo‑Platonisme.
Rasionalisme Cartesian pada Zaman Pencerahan; Empirisisme, Idealisme. Para
Filosof Jerman yang ditokohi oleh Immanuel Kant. Romantisisme, yang menekankan kepada
unsur ekspresi emosional. Serta Perkembangan Kontemporer (Edward et al. 1967: volume I dan 2).
Pendekatan Ilmiah dan Teori‑teori
Ilmu pengetahuan
(sains) adalah suatu disiplin yang mempunyai tahap‑tahap dan prosedur tertentu,
yang sering disebut dengan pendekatan ilmiah. Di antaranya adalah:
rasionalisme, empirisme, determinisme, hipotesis dan pembuktian, asumsi,
pengamatan, penelitian, dan lainnya (Lihat Denzin dan Lincoln 1995).
Teori Evolusi
Selain
itu dalam seni dipergunakan pula teori evolusi. Pada dasamya. teori evolusi menyatakan bahwa unsur
kebudayaan berkembang sejalan dengan perkembangan ruang dan waktu, dari yang
berbentuk sederhana menjadi lebih. kompleks. Teori ini dalam kesenian banyak
digunakan untuk mengkaji sejarah seni. Misalnya seperti yang dilakukan oleh Wan
Abdul Kadir dari Malaysia dalam tulisannya. yang bedudul Budaya Popular dalam Masyarakat Melayu Bandaran (1988), yang mengkaji perkembangan kebudayaan Melayu dari
masa kerajaan Melayu Melaka sampai akhir Perang Dunia Kedua‑‑yaitu. terdiri
dari masa Kerajaan Melayu Melaka 1400‑an berkembang ke masa pendudukan Pulau
Pinang oleh Inggris tahun 1786, pembukaan Singapura 1819, Pemerintahan Kolonial
sampai 1874, 1880‑an pertumbuhan teater bangsawan, 1908 film, 1914 piringan
hitam, 1930 film Melayu, dan 1930‑an radio. Wan Abdul Kadir melihat
perkembangan budaya masyarakat Melayu dari yang sederhana ke yang lebih
kompleks dalam batasan waktu tahun 1400‑an sampai pertengahan abad ke‑20 dan
berdasarkan penemuan teknologi baru.
Teori Difusi
Teori difusi juga dipergunakan dalam mengkaji seni. Pada prinsipnya, teori
ini mengemukakan bahwa suatu kebudayaan dapat menyebar ke kebudayaan lain
melalui kontak budaya. Karena teori ini berpijak pada alasan adanya suatu
sumber budaya, maka ia sering ~isebut juga dengan teori monogenesis (lahir dari suatau kebudayaan). Lawannya adalah
teori poligenesis, yang menyatakan bahwa beberapa kebudayaan mungkin
saja memiliki persamaan‑persamaan baik ide, aktivitas, maupun benda. Tetapi
sejumlah persamaan itu bukanlah menjadi alasan adanya satu sumber kebudayaan.
Bisa saja persamaan itu muncul secara kebetulan, karena ada unsur universal
dalam diri manusia. Misalnya bentuk dayung perahu hampir sama di mana‑mana di
dunia ini. Namun itu tidak berarti bahwa ada satu sumber budaya pembentuk
dayung perahu. Teori ini banyak dipergunakan oleh para pengkaji seni yang
mencoba mencari adanya sebuah sumber budaya. Dalam kajian seni, misalnya
sebagian besar peneliti percaya bahwa zapin berasal dari Yaman. Hal ini didukung oleh fakta‑fakta
sejarah dan persebaran kesenian ini ke berbagai kawasan di Nusantara.
Sumber :
http://studentsrepo.um.edu.my/5395/3/BAB_3.pdf
https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/BIOL431702-M1.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar